Dulu sekali.....bibir ini tak lepas lepasnya bertasbih Subhanallah ketika diawal pagi yang masih dingin untuk kami yang terbiasa tinggal di negara dengan iklim tropis.
Walau memasuki musim semi tetapi temperaturnya masih cukup membuat menggigilkan tubuh.
"ooki na nobbo no furu dokei,ojiisan no tokei....",melodi nada sambung HP yang dinyanyikan Hirai Ken membuyarkan acara sarapan kami di hari ke 5 sejak kami menjajakan kaki di bumi sakura.
Dan suami terlihat berbicara serius ditelepone.
"Hayoo...habis sarapan ini kita langsung kesekolah anak anak.Barusan pihak sekolah memberi tahu lewat telephone bahwa mereka sejak kemarin menunggu kedatangan kita & anak anak disekolah",kata suami setelah menutup telephone.
Bengong,takjub...mendengarkan kata suami."Siapa kami,sehingga kami sampai ditunggu untuk mengantarkan anak anak kesekolah",dalam hati saya berucap.
ketika adam & azzam pindah ke sekolah chigusadai shougakko
Saya datang menyusul suami ke Jepang bersama ke dua anak lelaki
saya diawal bulan April.Kebetulan dibelakang guest house yang tempat kami tinggal ada sekolahan.Suami pernah datang kesana untuk menanyakan syarat yang diperlukan jika anak kami ingin masuk kesekolah ini.Dan jawaban dari sekolah memberitahukan tak ada syarat apapun.
Sehari setelah kedatangan kami kenegeri Sakura,kami langsung mendatangi kecamatan untuk melaporkan diri.
Dan ternyata tak perlu menunggu hingga 30 menit,saya sudah mendapatkan kartu tinggal penduduk khusus orang asing dan telah terdaftar dalam asuransi termasuk anak anak.
Waktu itu kami sebenarnya sudah dijelaskan bahwa sesuai usia ke dua anak kami,maka anak anak akan otomatis masuk Sekolah Dasar yang wilayahnya berdasarkan tempat tinggal.
Tetapi karena minggu pertama sejak kedatangan kami masih sibuk mengurus segala hal,kami belum sempat mendatangi sekolah yang disarankan.
Hingga akhirnya siang itu kami berempat dengan hati penuh kecemasan mendatangi calon sekolah anak anak dengan banyak pertanyaan berkecamuk dalam dada.
Secara bahasa,sungguh saya & anak anak benar benar tidak mengerti sama sekali.Kalau kata orang jepang zenzen wakarimasen
Hanya 2 menit berjalan kaki,kami sampai ke Konakadai Shougakko(SD Konakadai).Dan ternyata Subhanallah...
Tepat tak jauh dari gerbang ada seorang guru yang menunggu kami.Dan dengan budaya ramahnya beliau mengucapkan salam perkenalan dengan gaya khas sedikit menundukan bahunya.Saya & anak anakpun mengikuti suami yang juga membalas salam perkenalan
Lalu kami berjalan menuju kantor guru dan ternyata lagi lagi kami terkesima dengan cara mereka menghormati tamu...
Ada beberapa lelaki & wanita berdiri rapi & ternyata menyongsong kedatangan kami.Seperti biasa kalimat salam pembuka perkenalan langsung dengan ramah terucap
"Hajimemashite....Agusu Torisando tomo shimasu,Indonesia kara kimashita,dozou yoroshiku onegai itashimasu,.."ucap suami sambil memperkenalkan diri kami satu persatu.
Dari perkenalan ini kami tahu bahwa salah satu diantara mereka adalah kepala sekolah.Mereka mengatakan bahwa pihak sekolah telah dihubungi oleh pemerintah di kecamatan yang memberitahukan ada 2 anak usia yang menjadi bagian dari anak didik didaerah Sekolah Dasar tersebut.
Karena anak kami tidak juga datang kesekolah untuk wawancara yang biasa dilakukan sebelum memasuki ajaran baru(di jepang ajaran baru dimulai setelah liburan musim semi yaitu awal april)maka pihak sekolah dengan sendirinya proaktif menghubungi orangtua untuk meminta penjelasan.
Nah...inilah yang sebenarnya dilakukan pemerintah dalam keseriusan tanggung jawab wajib belajar utuk rakyatnya.Walau kami orang asing tetapi mereka tetap memperlakukan kami sebagai warganya,Alhamdulillah
Ketika kami masih mengobrol tentang syarat yang diperlukan,tiba tiba dengan sigapnya para guru kelas anak kami masing masing memberi suripa(sandal yang biasa dipakai didalam ruangan,budaya jepang bila memasuki ruangan harus mengganti sepatu yang dipakai dengan surippa/sandal khusus atau owabaki)/sepatu tipis yang biasa dilihat d film kunfu dan menggandeng tangan anak kami untuk berkeliling sekolah dan menunjukkan kelasnya.Seolah olah mereka sudah kenal lama dan mengerti bahasa mereka.Dengan ramah & gaya khas pendidik mereka berkomunikasi dengan bahasa Jepang ditambah bahasa isyarat ha..ha..ha...bisa saja mereka berbaur dengan calon muridnya walau keterbatasan bahasa.
Sungguh banyak jempol yang kami acungkan untuk gaya ramah mereka siang itu.
Padahal sungguh hal yang paling kami khawatirkan ketika memutuskan pindah keluar negri adalah tentang pendidikan anak.
Tetapi semua kecemasan itu terhapus begitu saja.
Dari proses ini dan beberapa referensi yang saya baca saya bisa menggambarkan bahwa untuk masuk sekolah dasar setiap anak usia sekolah khususnya sebagai contoh anak SD sudah ditentukan tempatnya di mana harus bersekolah berdasarkan alamat tempat tinggalnya di suatu distrik, sehingga setiap orang tua tidak boleh menyekolahkan anaknya ke distrik yang lain atau seperti di Indonesia yang kelihatanya bebas memilih sekolah-sekolah yang disukainya.
Usia anak menentukan kelas yang akan dimasukinya.Untuk kelas 1 SD minimal tanggal 1 april berusia 6 tahun.jadi kalau kurang ya tahun berikutnya alias mendekati usia 7 tahun.Anak pertama yang kebetulan lahir bulan oktober harus mengulang ke kelas 3 SD kembali dari awal.padahal di tanah air ia sudah akan kenaikan ke kelas 4.Begitupun adiknya.
Tak ada permintaan syarat seperti surat pindah,rapor terdahulu,akta kelahiran dll.Anak anak langsung diterima tanpa ditanya apakah dulu pernah sekolah kelas berapa?
Hal ini mungkin karena sisitem pendidikan yang ada dimana dengan fasilitas dan kualitas guru yang sama di setiap Sekolah Dasar, maka mutu siswa dapat dikatakan sama saja tanpa dibedakan asal sekolahnya.6 bulan berikutnyapun saya bisa merasakan ketika anak anak harus pindah sekolah ke distrik lain mengikuti kepindahan rumah kami.Urusan sekolah & kepindahannya pun benar benar penuh diurus oleh pihak sekolah asal dan pihak sekolah yang dituju.calon murid hanya tinggal pindah.
ketika terakhir meninggalkan sekolah untuk pulang ketanah air...
Pendidikan dipermudah itu benar adanya.
Masalah tes masuk jelas tak ada apalagi biaya,zero yen...
Malah untuk kami yang termasuk pajak nol karena orang tua tak bekerja,mahasiswa dan beasiswa S3,Disarankan pihak sekolah untuk memberi hanko(sejenis stempel pribadi pengganti tanda tangan) pada lembaran yang telah diisi pihak sekolah untuk mengajukan beasiswa dari pihak kota untuk biaya makan siang(di Jepang sekolah bisa dikatakan fullday dengan acara makan siang bersama.Walau untuk beberapa item makanan kami membawa sendiri dari rumah karena alasan halal).Dan beberapa peralatan sekolah ditahun ajaran baru.Biasanya semua langsung di transfer melalui rekening.Begitupun bila Ramadhan tiba 2 anak lelaki kami yang alhamdulillah ber danjiki suru/berpuasa sebulan penuh,uang makan siang otomatis akan dibalikan penuh sebulan tanpa kita repot mengurusnya.inilah sisitem yang jujur...
Ah...sungguh asa ini masih besar untuk negriku yang katanya Departemen Pendidikan Nasional RI kabarnya memiliki alokasi anggaran pendidikan yang besar.Berharap sangat sektor pendidikan dasar (TK-SD-SMP) akan mendapat alokasi dana terbesar, sehingga setiap sekolah nantinya akan memiliki fasilitas dan kualitas guru yang merata seperti halnya model pendidikan dasar di Jepang.
Bukankan dengan memperhatikan pendidikan anak-anak akan membawa masa depan bangsa yang lebih baik?
Dengan sisitem pendidikan yang jujur & baik maka insyaalah akan menghasilkan lulusan yang jujur & baik pula.
Semoga tak ada cerita sarjana teknik yang membangun jalan asal asalan,membangun bangunan yang kokoh tampa memakai ukuran yang menyalahi ilmu,tak ada dokter yang berubah menjadi penjual obat yang meracuni pasien hanya karena genius matematika versinya mendapat kelipatan untung dari menipu.
Semoga di waktu yang akan datang tidak terdengar lagi bangunan Sekolah di Indonesia roboh akibat kualitas bangunan yang rendah & ketamakan.
Dan ...
Semoga tak ada lagi rasa sedih dan perih yang mendalah seperti yang kami alami sekarang karena kisah dicurangi memasukan si sulung ke sebuah SMA di negri kami tercinta ,
ah...tak bisa kami ceritakan luka ini.Hanya mampu menulis hal positib tentang pendidikan yang pernah kami dapat dinegri yang menjunjung tinggi arti pendidikan & kejujuran....
@Kenangan mudahnya memasukan anak kesebuah sekolah di negri orang...
seorang mama yang belum punya kekuatan bercerita tentang "......"
“ Demi matahari dan sinarnya di pagi hari. Demi bulan apabila ia mengiringi. Demi siang apabila ia menampakkan diri. Demi malam apabila ia menutupi. Demi langit serta binaannya. Demi bumi serta penghamparannya. Demi jiwa dengan segala penyempurnaan (ciptaan)-Nya. Allah mengilhami sukma, keburukan dan kebaikan. Beruntunglah siapa yang membersihkannya, rugilah siapa yang mengotorinya.” QS:As-Syams:1-10
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Terimakasih ya atas komentarnya ^_^