Imam Bukhari dan Ahmad dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda :
“Jika kiamat terjadi dan salah seorang di antara kalian memegang bibit pohon kurma, lalu ia mampu menanamnya sebelum bangkit berdiri, hendakalah ia bergegas menanamnya.”
Waktu membacanya selintas saya tersenyum sambil mengiyakan dalam hati.
Tapi hari gini sepertinya itu hanya bisa jadi bahan tertawaan orang yang lagi mengandrungi beton,yang katanya lebih bersih dan ke kota-an gitu...
Tapi kira kira 2 minggu yang lalu bersama anak anak melihat salah satu acara di TV tentang orang orang yang spesial tahun 2006 lalu.
Salah satu kisah orang orang yang spesial dan membekas di hati karena sarat dengan hikmah yang wah...seperti anugrah sekali bisa melihatnya acara ini.
Disitu diceritakan tentang perjuangan seorang mantan dosen(orang jepang) dalam membangun sesuatu yg mungkin dianggap aneh & tidak komersil/menguntungkan pada umumnya.
Sekitar 30 tahun silam beliau
adalah seorang dosen disebuah universitas terkenal di Jepang.Beliau terkenal dikalangan mahasiswa/i-nya yang kebanyakan orang asing.Persentuhan beliau dengan orang asing inilah yang mengasah jiwa volunter(saya banyak bertemu dengan volunteer volunteer semacam ini selama tinggal disini) untuk menjadi tenaga sukarela menolong orang orang yang sedang membutuhkan dinegara negara yang dianggap belum masuk kategori negara maju.
Di Jepang seorang dosen mempunyai taraf hidup yang sangat amat layak(tidak sebanding & tidak bisa dibandingkan dengan tanah air).Karena apa saja yang mencakup bidang pendidikan punya tempat yang lumayan.
Walau begitu sang dosen ini hatinya bergerak ingin berbuat sesuatu yang "lebih" di tempat yang menurut beliau tepat.
Setelah berpikir matang akhirnya beliau mengundurkan diri dari universitas.
Selanjutnya beliau hijrah kepulau Mindanau Filipina.Disana beliau membuat sekolah gratis khusus tentang pertanian.
Dengan modal pribadi beliau membuat persawahan desa yang makmur dari desa yang awalnya tidak punya penghasilan.
Pada suatu hari beliau didatangi seseorang yang mengatakan kalau didesanya sering terjadi banjir bandang yang merusak segalanya.Ia ingin beliau membantu desanya untuk mengatasi hal tsb.
Singkat cerita beliau mengetahui apa yang menyebabkan bencana didesa tsb.
Letak geografis desa yang di kelilingi bukit yang gundul lah (tipologinya seperti di Sawah lunto Sumbar) letak permasalahannya.
Hutan hijau di atas bukit itu tidak ada bekasnya, yang ada hanya bukit coklat gersang di tinggal pohon pohon besar yang dijual sampai keluar negeri.
Satu solusi untuk hal itu adalah menghijaukan hutan tsb kembali.
Pekerjaan yang amat sangat sulit jika dikerjakan hanya oleh 2 orang saja.Karena penduduk desa sekitar tidak mau membantu alasannya 'tidak menghasilkan uang & pasti memakan waktu yang lama'.
Kebayang kan' gimana beratnya 2 orang menanam pohon di atas bukit gundul tsb.
Semua orang berpikir itu pekerjaan yang nyeleneh atau tidak masuk akal sekali.Hari gini kerja keras tampa di bayar dan di mana hasilnya pun baru terlihat setelah memakan waktu bertahun tahun,itu bukan pilihan bangetl ah.
Tapi kegigihan & pengorbanan mereka lambat laun mendapat simpati juga dari sebagian pemuda desa yang agaknya mulai malu dengan orang asing yang mau bersusah payah berbuat sesuatu untuk daerah tsb.
Dan di setiap proses perjalanan waktu, cobaan itu pun datang.
Kebakaran terjadi di kala pohon pohon itu mulai 1 meter tingginya.Beliau hanya menangis memandangi pohon pohon itu di lalap api (terus terang saya pun ikut menangis ihiks..).
Tetapi pertolongan Allah itu dekat.Salah satu dari mereka menebang pohon pisang yang tumbuh liar disana.Kandungan air yang banyak pada pohon pisang ini ternyata benar benar menolong kebakaran ini.
Yang di masa yang akan datang menjadi ide untuk menanam pohon pisang diantara pohon pohon yang ada itu.Selain bisa menjadi pemadang kebakaran darurat buahnya ternyata bisa menjadi komoditi yang menjanjikan.Hal ini bisa saya rasakan,melihat sendiri di sini,di Japan banyak sekali pisang export dari filipin berjejer di toko sayuran atau supermarket.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah pernah bersabda :
” Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia ataupun binatang ternak, melainkan hal itu sudah termasuk sedekah darinya.”
Selain melakukan penghijauan di bukit gundul itu beliau mengajak anak anak muda untuk melirik pesisir pantai yang mulai mengalami abrasi.
Ia menggerakan generasi penerus itu untuk menancapkan bibit mangrove dan memberikan penyuluhan bahwa bibit ini akan berubah menjadi hutan manggrove yang sangat berguna sekali bagi daerah kawasan pesisir pantai.
Dan..... Setelah 23 tahun berlalu apa yang terjadi???....
MashaAllah3x....
berulang ulang asma Allah terucap.Bukit yang gersang (terlihat dari tayangan flasback dokumentasi photonya) tu kini hijau & makmur.Sesuatu pemandangan yang rasanya ngga mungkin terjadi.
"Coba liat nak,satu orang seperti beliau bisa merubah sesuatu masalah besar menjadi sebuah kemakmuran,dan seandainya ada 100 orang saja seperti itu insyaAllah tidak ada yang namanya shizen hakai (istilah perusakan alam menurut si sulung) yang menyebabkan bencana bagi makluk dibumi ini, ya' kan.
Allah tidak ngerubah suatu kaum kalo bukan kaum itu sendiri yang ngerubah",(QS albaqarah 216) kata saya sama anak anak.
"Hebat ya' ma",kata anak anak.
"ya,kamu juga bisa seperti itu kalo kamu mau.Jadilah orang yang terdepan melakukan kebaikan walau tak ada yang mendukung.Karena di dunia ini tak ada sesuatupun yang sia sia bila kita mengerjakan sesuatu kebaikan,sekecil apapun itu",tambah saya.
hadits Rasulullah :
“Tanamlah bibit pohon yang ada di tangan mu sekarang juga, meski besok kiamat. Allah akan tetap memperhitungkan pahalanya.”
Chigusadai,yang sedih membaca berita musibah di desa Tamiang Aceh beberapa hari kemudian,Jan 2007
saya tersentuh sekali dgn ceritanya.. kebaikan ga bs diukur dgn materi ya.
ReplyDeletesalam kenal juga dari nagaoka^o^
ya,naka naka ne.
ReplyDeleteSenang juga kenalan dgn mbak,saya suka juga dgn cerita Nyuin-diblognya,apa yg dirasakan sama dgn saya waktu sikecil nyuin dulu